Langsung ke konten utama

Postingan

Menemui bocah sakti ke gunung api purba nglanggeran

 Ki Gede Aryaguna mengoleskan minyak kayu putih ke hidung dada dan punggung Adinata. Tidak berapa lama kemudian Adinatapun tersadar dari pingsannya. "Alhamdulilah kamu sudah sadar ngger" berkata Ki Gede Aryaguna dengan lemah lembut. "Dimanakah aku Ki Gede ?" kata Adinata masih agak bingung karena baru terbangun dari pingsannya. Kamu masih di lapangan dusun Hargowilis Ngger, untung kamu tidak kurang suatu apa. Marilah kita beristirahat dirumah biar kamu bisa diobati lebih lanjut" berkata Ki Gede Aryaguna panjang lebar. "Terimakasih Ki Gede" jawab Adinata. "Anakmas Senopati, kamu minta tolonglah kepada adik seperguruan ananda Adinata untuk memapah Adinata kerumahku, dan sekalian umumkan kepada seluruh prajurit dan para pemuda kalbiru untuk beristirahat dan makan dirumahku" kata Ki Gede. "Baiklah Ki Gede, lalu bagaimana dengan para prajurit dan pemuda yang gugur, juga penjahat yang tewas" tanya Senopati Puspanidra. "Kuburkanlah d
Postingan terbaru

Bangkitnya Ksatria Mataram

Ambarwati masih terus menangis khawatir dengan keadaan Adinata, kekasihnya. Melihat itu Ki Jangkung tertawa-tawa kegirangan. "Ha ha ha, sebentar lagi kekasihmu akan memasuki pintu neraka" ejeknya kepada Ambarwati. "Kurang ajar kamu Ki Jangkung, akan aku balas kamu" teriak Ambarwati dengan marah. Ambarwati segera berdiri. Ia berniat untuk bertarung dengan ki Jangkung sampai titik darah penghabisan. Adinata sebenarnya tidak pingsan. Ia masih sadar dengan semua yang terjadi. Ia khawatir sekali dengan Ambarwati yang akan melawan Ki Jangkung. Namun ia harus menahan diri. Perlahan-lahan ia berusaha memulihkan dirinya. Meskipun tidak dalam posisi yang sempurna, ia berusaha menggunakan jurus pembalik raga penghancur bala yang diperolehnya dari Ki Gede Aryaguna. Dalam tingkat kemarahannya yang amat sangat, ia langsung akan menyerang Ki Jangkung dengan ilmu andalannya Jurus getar bumi. Namun sebelum ia menyerang Ki Jangkung, Ki Saraga telah melompat masuk ke gelanggang pertar

Pertarungan

 Diantara sekian banyak pengungsi, ternyata ada kedua orangtua paman gembul beserta kakeknya. Paman gembulpun tak sengaja bertemu ketika sedang mengantar makanan untuk para pengungsi bersama Nyi Lastri. "Gembul, kaukah itu, siapa gadis cantik yang bersamamu itu? tanya seseorang tiba-tiba. Paman gembul hapal dengan suara itu. "Eh, bopo dan Biyung, kenapa ada disini, saya sama sekali tak mengira" tanya paman gembul penasaran. "Iya Le, bopo dan biyung datang kesini mau menjenguk kakekmu, khawatir dengan keadaannya, apalagi beliau sudah tinggal sendirian sejak nenekmu meninggal, apalagi sekarang kabarnya di Kalibiru ini sedang ada pemberontakan" kata ibu paman gembul. "Eh, ini siapa le, kenapa tidak diperkenalkan simbok? bertanya ibu paman gembul sekali lagi. "Perkenalkan saya Lastri Mbok" kata Nyi Lastri dengan sopan. "Kenalkan saya Mbok Rejo, biyung dari gembul, dan ini suami simbok, Pak Rejo"jawab mbok rejo sambil mengenalkan orang yang

Dua Hati tertaut di Hargowilis

 Setelah selesai makan malam, acara dilanjutkan dengan berbincang-bincang santai. "Ambarwati, Bopo dan Biyung masih penasaran, bagaimana awal mula kamu dikeroyok oleh gerombolan penjahat itu? tanya Ki Gede Aryaguna, Bopo dari Ambarwati. "Begini Bopo, saya kan minta ijin kepada guru saya ki Adanu untuk menengok ke Hargowilis karena saya khawatir di sini sedang ada pemberontakan. Nah, ketika saya sudah akan sampai ke dusun Hargowilis ini tiba-tiba di tengah perjalanan saya dicegat oleh sekitar 10 orang penjahat dengan pemimpin grombolannya bernama Madhupa. Mereka mengeroyok saya dan mau melecehkan saya. Saya sudah melawan sekuat tenaga namun saya tetap kalah, karena disambing anggota gerombolan itu berilmu tinggi juga saya kalah jumlah dan kehabisan tenaga, saya sudah hampir putus asa dan untung saja kakang Adinata dan paman gembul segera datang menolong saya" jawab Ambarwati panjang lebar. "Oh, begitu ceritanya, sekali lagi saya atas nama orangtua dari Ambarwati meny

Semburat Merah Jingga Di Kalibiru

 Kisah Adinata, murid padepokan lereng merapi yang mampu mengalahkan Ki Gardapati tokoh dunia hitam secara perlahan namun pasti terdengar ke seluruh pelosok kerajaan Mataram. Hingga pada suatu hari datanglah seorang utusan dari Kerajaan Mataram. Ki Satya menyambut kedatangan utusan itu dengan riang gembira. "Selamat datang Tumenggung Sadawira, sudah lama sekali ananda tidak berkunjung kemari" sapa Ki Satya menyapa tamunya. "Maafkan saya guru, saya berjanji akan lebih sering berkunjung kemari" jawab Tumenggung Sadawira dengan sopan. Sambil membungkukkan badan ia mencium tangan gurunya. Adinata dan seluruh adik seperguruannya terheran-heran. "Ketahuilah semua muridku, Tumenggung Sadawira ini adalah salahsatu muridku yang mengabdi di kerajaan Mataram" Ki Satya menerangkan jati diri tamunya. "Oh, begitu guru, saya baru paham" jawab Adinata mewakili adik seperguruannya. "Hormat hamba kepada Tumenggung Sadawira" Adinata sedikit membungkukkan