Ki Gede Aryaguna mengoleskan minyak kayu putih ke hidung dada dan punggung Adinata. Tidak berapa lama kemudian Adinatapun tersadar dari pingsannya. "Alhamdulilah kamu sudah sadar ngger" berkata Ki Gede Aryaguna dengan lemah lembut. "Dimanakah aku Ki Gede ?" kata Adinata masih agak bingung karena baru terbangun dari pingsannya. Kamu masih di lapangan dusun Hargowilis Ngger, untung kamu tidak kurang suatu apa. Marilah kita beristirahat dirumah biar kamu bisa diobati lebih lanjut" berkata Ki Gede Aryaguna panjang lebar. "Terimakasih Ki Gede" jawab Adinata. "Anakmas Senopati, kamu minta tolonglah kepada adik seperguruan ananda Adinata untuk memapah Adinata kerumahku, dan sekalian umumkan kepada seluruh prajurit dan para pemuda kalbiru untuk beristirahat dan makan dirumahku" kata Ki Gede. "Baiklah Ki Gede, lalu bagaimana dengan para prajurit dan pemuda yang gugur, juga penjahat yang tewas" tanya Senopati Puspanidra. "Kuburkanlah d
Ambarwati masih terus menangis khawatir dengan keadaan Adinata, kekasihnya. Melihat itu Ki Jangkung tertawa-tawa kegirangan. "Ha ha ha, sebentar lagi kekasihmu akan memasuki pintu neraka" ejeknya kepada Ambarwati. "Kurang ajar kamu Ki Jangkung, akan aku balas kamu" teriak Ambarwati dengan marah. Ambarwati segera berdiri. Ia berniat untuk bertarung dengan ki Jangkung sampai titik darah penghabisan. Adinata sebenarnya tidak pingsan. Ia masih sadar dengan semua yang terjadi. Ia khawatir sekali dengan Ambarwati yang akan melawan Ki Jangkung. Namun ia harus menahan diri. Perlahan-lahan ia berusaha memulihkan dirinya. Meskipun tidak dalam posisi yang sempurna, ia berusaha menggunakan jurus pembalik raga penghancur bala yang diperolehnya dari Ki Gede Aryaguna. Dalam tingkat kemarahannya yang amat sangat, ia langsung akan menyerang Ki Jangkung dengan ilmu andalannya Jurus getar bumi. Namun sebelum ia menyerang Ki Jangkung, Ki Saraga telah melompat masuk ke gelanggang pertar